Organisasi Santri Ma’had Al-Amin (OSMA) menyelenggarakan rangkaian kegiatan hari santri nasional di Pondok Pesantren Al-Amin. Tema yang diambil oleh OSMA adalah tema nasional HSN (Hari Santri Nasional) yang telah ditetapkan Kemenag, yakni “Bersama Santri Damailah Negeri”. Dengan tema tersebut diharapkan santri dapat berpikiran bahwa membela tanah air itu juga merupakan sebuah kewajiban dan tanggung jawab. Acara kali ini diikuti seluruh santri pondok pesantren al-amin dengan antusias dan semangat.
Perayaan hari santri ini diawali dengan lomba cerdas cermat yang dilaksanakan di lapangan utama pada Minggu (21/10). Selain itu, dalam perayaan ini, diadakan pula lomba kebersihan asrama.
Selanjutnya, pada Senin (22/10) dilaksanakan upacara Hari Santri Nasional yang bertempat di lapangan Pengurus Cabang Nahdhlatul Ulama’ (PCNU) kabupaten Mojokerto. Upacara berlangsung antara pukul 07.00 hingga 07.50 WIB.
Gambar 1. Para Asatidz Al-Amin turut serta dalam upacara HSN di lapangan PCNU Kab. Mojokerto |
Gambar 2. Para santri melaksanakan pawai HSN dengan berkeliling di Desa Japan dan Desan Jampirogo |
Setelah itu, dilaksanakanlah pawai santri. Pawai ini berlangsung pada pukul 07.50 sampai 08.45 WIB yang di ikuti santri serta asatidz Pondok Pesantren Al-Amin. Saat pawai, dilaksanakan pula pembagian kupon. Setelah pawai santri di ajak cermat pada kupon masing-masing, karena setelah pawai diadakan pembagian doorprize. Berbagai hadiah menarik di sajikan mualai dari sabun cuci pakaian, gelas, dan banyak lagi.
Pada siang harinya, dilaksanakan lomba futsal ala santri yang berlangsung antara pukul 14.00 hingga 15.15 WIB. Ada keunikan tersendiri game kali ini, yakni pemain diharuskan memakai sarung dan sepatu. Game ini dilanjutkan pukul 16.15-17.00 WIB guna mencari siapa pemenang game ini. Sebelum final game futsal ala santri, ba’da ashar terdapat acara pembacaan tahlil di masjid yang diikuti oleh seluruh santri.
Acara puncak HSN dilaksankan pada malam hari pukul 19.15-21.40 WIB. Pra acara yang diisi dengan lantunan solawat oleh Grup Al Banjari Hubbul Amin dengan melantunkan sholawat ya nabi salam (mahallul qiyam) serta beberapa qosidah. Acara inti pun dimulai, diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci al-qur’an oleh Roihan Al Farizi ( santri angakatan 17). Setelah pembacaan ayat-ayat al-qur’an, dilanjutkan dengan sambutan oleh ust. Saiful huda yang dalam sambutannya, beliau berpesan bahwa santri harus bisa menjadi generasi penerus.
Gambar 3. Ustadz Miftakhul Huda dengan semangat memberikan mauidloh hasanah |
Gambar 4. Para Santri mendengarkan dengan seksama mauidloh hasanah |
Berlanjut ke acara inti yakni Mauidloh Khasanah yang terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi oleh ust. Miftakhul Huda yang dalam ceramahnya, beliau berpesan bahwa santri bisa mendapatkan ilmu dengan syarat harus tawadu’ dengan guru atau kiai. Beliau memberikan suatu rumus pada santri agar bisa tawadu’ pada guru atau kiai yakni المر يد كالميت yang dapat diartikan ’murid itu seperti mayit” yang bisa disimpulkan bahwa santri harus taat pada guru, tidak boleh membantah atupun melawan seperti halnya mayit. Berlanjut ke sesi kedua yang dalam hal ini diisi oleh bapak Umar Maliki dan bapak Sarirejo, mereka merupakan motivator-motivator yang hebat dan patut untuk dicontoh keteladanan serta kesabarannya. Perlu diketahuai bahwa pak Umar merupakan seoarang pejuang anak yatim, beliau menghidupi sekitar 300 anak yang seluruhnya dapat mendapatkan kehidupan yang layak. Berbeda dengan dengan pak Umar, pak Sarirejo atau akrab di panggil cak Jo merupakan seorang pendiri sebuah TPQ dengan keterbatasan fisik namum tak menyurutkan semangat beliau dalam menjalani kehidupan
Berlanjut ke acara yang terakhir yakni doa yang dalam hal ini di pimpin oleh ust Ahmad Hanafi, acara inti tersebut berakhir pada pukul 21.30 WIB. Hari santri merupakan hari yang paling berkesan bagi santri. Santri pun puas dan khitmat dalam menjalani serangkaian kegiatan. Tidak sedikit santri yang berpesan agar menjadi lebih baik dikemudian nanti. “Harus lebih bertanggung jawab, tidak mudah patah semangat dalam kesulitan karena masih banyak orang yang kekurangan dan harus bisa bermanfaat bagi orang lain,” pesan Azzam Zhafir(santri angakatan 17).
Penulis : Naufal Fadhlullah A.Z(IX); Yonanda Dimas H (IX)