Pondok Pesantren Al-Amin Mojokerto

REPORTASE KUNJUNGAN INDUSTRI PENGERAJIN TERBANG DI GONDANG


MOJOKERTO
– Ekstrakurikuler Banjari Putri Pondok Pesantren Al-Amin melakukan pengadaan barang, yakni pembelian  terbang yang telah diambil pada tanggal 10 Oktober 2018 bertepat di Desa Bening Kec. Gondang Kab. Mojokerto. Pembelian terbang ini dikarenakan terbang yang lama sudah tidak layak pakai, selain itu terbang ini juga akan digunakan untuk mengikuti perlombaan banjari di Surabaya.
Di sana, kami tidak hanya mengambil terbang. Namun, kami, tim jurnalistik dari Pondok Pesantren Al-Amin Putri, memperoleh kesempatan berharga untuk mewawancarai pengerajin terbang tersebut.
Beliau bernama Muhammmad Ma’ruf atau yang lebih akrab disapa Pak Ma’ruf. Beliau sudah menjalankan bisnis ini sejak tahun 1995. Awalnya beliau memulai usaha ini karena dahulu beliau sempat membantu seseorang membuat terbang di daerah Gresik, hingga usaha tersebut berkembang.
Akhirnya beliau memutuskan kembali ke Gondang untuk mencari pekerjaan namun sesampainya di rumah beliau sempat bingung untuk bekerja apa. Pada akhirnya beliau bertekad kembali ke Gresik untuk belajar membuat terbang. Tujuannya, tentu agar beliau dapat membuka usaha pembuatan terbang sendiri.
Namun, sesampainya di sana orang yang dituju malah  menolak untuk membimbingnya. Orang tersebut hanya berkata, “kelak kamu akan bisa sendiri, tidak usah belajar.” 
Pak Ma’ruf pun bingung bagaimana caranya bisa membuat terbang kalau tidak belajar. Mulai saat itu beliau bertekad akan mencobanya dan mulai membeli bahan–bahan yang akan dibutuhkan mulai dari kayu, kulit kambing, dan peralatan lainnya. Setelah berhasil membuat satu terbang, beliau langsung membawanya ke acara hadrah dan pada saat itu juga terbang beliau langsung dibeli oleh seseorang. Hasil dari satu terbang tersebut beliau manfaatkan untuk memulai usahanya sampai pada akhirnya usaha tersebut berkembang hingga saat ini.
Dalam menjalankan usahanya, pak Ma’ruf menghadapi beberapa kendala seperti: keterbatasan memperoleh  kayu. Beliau mengatakan jika tidak diizinkan menebang pohon oleh orang-orang dinas PU atau biasanya beliau sebut dengan istilah polisi hutan. Beliau pun tidak memiliki kayu yang dapat dibawah pulang. Kini, beliau lebih memilih untuk memperoleh kayu dari para penjual,  sehingga beliau sudah tidak bingung lagi untuk memperoleh kayu.  
Gambar 1. Tempat pengerajin memproduksi terbang

Kayu yang digunakan pun tidak sembarang kayu, untuk membuat terbang banjari beliau biasanya menggunakan kayu nangka, kayu mahoni, atau jika terpaksa tidak ada maka bisa menggunakan kayu mangga. Sedangkan, untuk terbang hadrah beliau menggunakan kayu mimbo. Kayu mimbo ialah kayu yang serupa dengan kayu jati namun berat, perbedaan jenis kayu ini juga dapat mempengaruhi jenis suara yang dihasilkan. Misalnya, jika menggunakan kayu nangka maka suara yang dihasilkan menjadi merdu termasuk juga kayu mimbo dan kayu mahoni. Kebetulah, untuk terbang yang sudah dipesan oleh anggota EKSAM Banjari Putri  ini terbuat dari kayu mahoni. Menurut beliau suara yang akan diahasilkan akan merdu dan halus.
Untuk proses pembuatan terbang itu sendiri tidak memerlukan waktu lama. Beliau mengatakan jika pekerjaan itu diselesaikan dengan segera maka hanya memerlukan kisaran waktu 5 hari sampai dengan satu minggu.
Selama ini konsumen terjauh berasal dari luar Pulau Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Bali dan NTT. Konsumennya juga bermacam-macam, tidak hanya dari kalangan santri pondok pesantren. Namun juga dari sekolah-sekolah, komunitas banjari, pertokoan dan lain-lain. Beliau memproduksi massal jika konsumennya adalah pertokoan, karena terbang itu akan dijual kembali. Namun beliau mengaku lebih sering melayani pesanan perseorangan.
Untuk pengiriman ke Pulau Bali, beliau membuat terbang sebanyak-banyaknya karena disana sekarang sudah berkembang beberapa kegiatan musik dengan terbang seperti, hadrah, ishari dan banjari. Sehingga usaha pembuatan terbang ini mampu dijadikan sebagai media dakwah islam di sana. Beliau pun mengatakan dalam menjalankan usaha ini do’a, shalawat serta usaha lah yang mampu membuatnya berkembang dan bermafaat bagi umat manusia.
Penulis: Echa, Ima, Anggi (angkatan 16) ; Fotografer: Anggi (angkatan 16)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *